Minggu, 31 Mei 2009

Dari Mekanik, Hidraulik, Pneumatik, Elektro-Magnetik Sampai Camless


Katup atau klep merupakan salah bagian terpenting dari mesin, utamanya yang bekerja dengan prinsip empat langkah (4-tak). Fungsinya sama dengan klep pada jantung manusia. Klep inilah yang mengatur jumlah bahan bakar dan udara yang dapat masuk ke dalam mesin dan setelah itu dikonversi menjadi tenaga.

Selanjutnya, klep juga bertugas mengatur “ampas” pembakaran untuk dibuang sehingga campuran bahan bakar dan udara yang masih segar dapat masuk dengan lancar ke mesin. Untuk mengatur, energi baru yang akan dibakar dan ampas dibuang, dilakukan oleh klep yang berbeda. Namanya, klep isap dan buang.

Karena klep sangat menentukan kinerja dan performa mesin, jumlahya dijadikan sebagai senjata andalan untuk dijual. Karena itulah muncul istilah, mesin multiklep. Maksudnya, mesin yang punya klep lebih dari dua atau sepasang. Kini, sudah biasa mesin menggunakan 4 atau 5 klep untuk setiap silindernya.

Nok
Dari segi kerja, tugas katup tampak sederhana: buka dan tutup. Namun untuk membuka dan menutup silinder, katup harus dilengkapi mekanisme lainnya. Sebagai contoh, untuk mendorong katup, digunakan mekanisme yang disebut bubungan, nok atau kem. Sebaliknya agar klep kembali ke posisi semula setelah disundul oleh nok, harus digunakan pegas. Nah, kedua komponen inilah yang berkembang teknologinya pada mesin-mesin modern, termasuk di arena adu cepat!

Nok yang berbentuk gunungan - bila dilihat dari sisi penampangnya - menentukan tinggi dan lamanya katup membuka. Bagian ini pula yang kemudian memunculkan nama-nama seperti VTEC (Variable Valve Timing and Lift Electronic Control), VVT-i (variable valve timing with -inteligent), Vanos dan sebagainya.

Pengembangan lebih lanjut dari cari kerja nok itu bertujuan untuk memperoleh efisiensi maksimal mesin. Misalnya, dari putaran terendah (stasioner) sampai paling tinggi (gas ditekan habis), tidak jauh berbeda. Tepatnya mesin harus luwes dan dapat mengikuti perubahan tanpa masalah berarti.

Ujud nok yang tetap dan bekerja secara mekanis, tidak dapat mengikuti perubahan. Meski begitu, dengan mengubah atau mengeser bagian tertentu dari komponen tambahan untuk mengatur kerja nok, tinggi dan lamanya menyundul juga bisa berubah (adjustable). Masalahnya, dengan teknologi ini, konstruksi mesin jadi rumit. Bila digunakan di arena balap yang keras, akan menimbulkan masalah baru.

Sebenarnya, pada mesin sekarang, dengan sistem SOHC (single overhead camshaft) atau DOHC (double overhead camshaft), kerja poros bubungan atau nokken as lebih gampang. Komponen langsung berhubungan dengan katup atau pengatur katup, misalnya, mangkok (bucket) dan pelatuk (rocker arm). Sebelumnya, poros bubungan berada di tengah silinder.

Akibatnya, birokrasi kerja komponen katup bertelel-tele. Karena antara nok dan pelatuk ada lagi tangkai pendorong (push rod). Pada mesin moderen yang bekerja dengan putaran tinggi, cara tersebut tidak cocok karena akan menimbulkan berbagai masalah. Salah satunya, tangkai pendorong katup akan bengkok.


ZBJ